Nama : SHOHIBUL HIDAYAT
NIM : 090020087
Kelas : D
Metode Bercerita
Metode Bercerita adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan guru atau orang tua untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng kepada anak, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cerita anak-anak mempunyai sifat dan cirri-ciri khas yang berbeda dengan bacaan orang dewasa (Sarumpaet, 1976:11) dalam Suprihadi makalah Semlok guru TK. Cerita anak-anak sesederhanapun adalah sebuah cipta sastra. Sebagai cipta sastra mencerminkan perasaan, pikiran, wawasan dan pengalaman anak-anak pada masa kini, yang dapat dipahami melalui mata anak-anak (Dermawan, 1994 :89-90) dalam Suprihadi makalah semlok guru TK.
Tujuan dari metode bercerita menurut Winda Gunarti (2008, 5.4) adalah :
a. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak , diantaranya kemampuan menyimak/mendengarkan (listening) dan kemampuan berbicara (speaking) dalam menambah kosakata yang dimiliki anak.b. Mengembangkan kemampuan berfikir, dengan bercerita anak diajak untuk memusatkan perhatian dan berfantasi serta berimajinasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik.
c. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam bercerita
d. Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi disekitarnya.
e. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui urutan peristiwa yang disampaikan.
f. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.
Bentuk-bentuk Metode Bercerita yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga.
(a). Bercerita Tanpa Alat Peraga
Kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang bisa diperlihatkan pada anak. Kekuatan dari metode bercerita tanpa alat peaga ini terletak pada kepiawaian guru dalam menuturkan cerita, menghafal seluruh rangkaian isi cerita, mengubah-ubah intonasi maupun karakter suara, Memainkan mimik atau ekspresi wajah serta ketrampilan dalam memainkan gerakan tubuh untuk menggambarkan perilaku suatu tokoh cerita atau gambaran suatu kejadian. Metode ini dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas. Ini akan memperkaya kemampuan anak dalam menyimak/mendengarkan cerita dari guru yang disampaikan.
(b.) Bercerita Dengan Alat Peraga
Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung untuk memperjelas penyampaian cerita. Alat peraga atau media tersebut digunakan untuk menarik perhatian dan mempertahankan fokus perhatian anak dalam jangka waktu tertentu. Alat peraga atau media yang digunakan hendaknya aman bagi anak, menarik serta sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bercerita dengan alat peraga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu bercerita dengan alat peraga langsung dan bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung. Bercerita dengan alat peraga langsung dapat kita gunakan dengan cara menghadirkan alat peraga yang sesuai dengan cerita yang kita sampaikan, misalnya kita memberikan cerita “Kisah seekor Sapi dan Kambing Tua”, maka yang kita lakukan ialah menggunakan sapi dan kambing secara nyata kepada anak. Bisa dengan menghadirkan sapi dan kambing ke sekolah atau membawa anak ke tempat sapi dan kambing berada.
Bercerita dengan alat peraga tidak langsung yaitu kita menggunakan media yang mewakili dari apa yang kita sampaikan misalnya boneka sapi dan kambing atau gambar sapi dan kambing.
Ciri khas cerita yang baik bagi anak-anak manurut Shirley & Rebecaa (2002) adalah :
- Jalan cerita yang mudah diikuti;
- Kata dan ucapan yang berulang;
- Kisah yang dapat ditebak dan kumulatif;
- Berisi sekumpulan kegiatan;
- Lucu;
- Berisi kejadian yang manarik minat orang;
- Akhir yang baik dengan kesimpulan yang sesuai;
- Berisi pesan atau moral yang jelas.
Apresiasi sastra bagi siswa dapat mengembangkan nlai personel dan nilai pendidikan (Huck,dkk,1987) dalam Suprihadi Makalah Semlok guru TK tahun 2002.
Nilai personal bagi anak yaitu :
1. Memberi kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan,2. Mengembangkan daya imajinasi anak-anak,
3. Merefleksikan penghayatan diri,
4. Mengembangkan wawasan tentang perilaku manusia,
5. Menyajikan pengalaman secara universal,
6. Mengembangkan cara berpikir/ cara pandang.
Nilai pendidikan bagi anak sastra dapat mengembangkan (1) kemampuan berbahasa, (2) pengetahuan atau kognisi, (3) mengembangkan rasa social, (4) mewariskan budaya sastra kepada generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar