Jumat, 17 Juni 2011

EVALUASI PEMBELAJARAN

Nama     :  Shohibul Hidayat 
NIM       :  090020087
Kelas      :   D



1. EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengertian Evaluasi Pembelajaran menurut Davies merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, orang, maupun obyek.
Menurut Wand dan Brown dalam Nur kancana, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut Sudjana evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi merupakan karakteristik siswa dengan menggunakan tolak ukur tertentu (Erman dalam Nurkancana). Karakteristik dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang :
- kognitif (pengetahuan dan intelektual)
- afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan
- psikomotor (keterampilan, gerak dan tindakan).
Tampilan siswa dinilai apakah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Secara umum evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran.
Pengukuran yang dimaksud adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukura keberhasilan pembelajaran yang ditentukan secara kuantitatif. Penilaian yang dimaksud adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.

Evaluasi Pembelajaran yang dimaksud adalah suatu proses dalam menentukan nilai dalam pembelajaran melalui pengukuran dan penilaian. Hal ini memberikan suatu pengertian dalam pembelajaran dibutuhkan suatu standar nilai apakah pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan instruksional.


2. EVALUASI PEMBELAJARAN (PENILAIAN KINERJA)
Evaluasi atau Penilaian Kinerja dikemukakan oleh Leon C. Meggison dalam Mangkunegara dalam Artikel Sutisna Senjaya sebagai berikut : “penilaian prestasi kerja (Performance Appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”.
Andrew E.Sikula dalam Mangkunegara mengemukakan bahwa “penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan”.
Siswanto dalam Sutisna mengemukakan bahwa “penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen/penyelia untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan membandingkan kinerja dengan uraian pekerjaan”.
Selanjutnya Mangkunegara dalam Sutisna Senjaya mengemukakan
• Pengukuran atau penilaiankinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai dalam perusahaan.
• Hasil pengukuran digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan rencana dan yang diperlukan perusahaan.
Tanggapan
Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Serta Evaluasi digunakan untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab pada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.


3. INTERPRETASI PENILAIAN EVALUASI
Interpretasi merupakan proses untuk menyederhanakan ide-ide atau isu yang rumit dan membaginya dengan masyarakat umum. Interpretasi yang baik dapat membangun hubungan antara audiens dengan obyek interpretasi. Penilaian menurut Suharsimi Arikunto dalam artikel Ibnu Akhir adalah mebgambil keputusan terhadap sesuatu dengan baik.
Evaluasi menurut Norman E. Grondloud dalam Ibnu Akhir adalah proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan intruksi yang ditetapkan.
Prestasi belajar menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Winkel dalam Ibnu Akhir prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya.
Penilaian dan pengukuran
Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian pembelajaran adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, missal baik, sedang atau jelek. Digunakan pula untuk mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk.
Pengukuran bersifat kuantitatif, dalam proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik dengan karakteristik tertentu.
Dalam Interpretasi Penilaian Evaluasi Ibnu Akhir mendeskripsikan tentang Evaluasi
• sebagai kegiatan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan
• dalam pelaksanaan dibutuhkan data dan informasi yang akurat
• kegiatan evaluasi tidak terlepas dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan
• GOAL ORIENTED merupakan pendekatan paling sesuai dalam evaluasi pembelajaran.

METODE PEMBELAJARAN DITAMAN KANAK-KANAK

Nama : Shohibul Hidayat
NIM : 090020087
Kelas : D

1. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan. Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya menurut Gordon & Browne, 1985 dalam Moeslichatoen.
Bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK karena melalui bercerita kita dapat :
a. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya.
b. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial.
c. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan.
d. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam.
e. Membantu mengembangkan fantasi anak.
f. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak.
g. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.

2. Metode Bercakap-cakap
Metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya jawab antara anak dengan guru atau antara anak dengan anak. Bercakap-cakap dapat dilaksanakan dalam bentuk :
(1) bercakap-cakap bebas,
(2) bercakap-cakap menurut tema,
(3) bercakap-cakap berdasarkan gambar seri.
Dalam bercakap-cakap bebas kegiatan tidak terikat pada tema, tetapi pada kemampuan yang diajarkan. Bercakap-cakap menurut tema dilakukan berdasarkan tema tertentu. Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri menggunakan gambar seri sebagai bahan pembicaraan.

3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan tertentu kepada anak. Metode ini digunakan untuk :
(1) mengetahui pengetahuaan dan pengalaman yang telah dimiliki anak,
(2) memberi kesempatan anak untuk bertanya, dan
(3) mendorong keberanian anak untuk mengemukakan pendapat.

4. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata dilakukan dengan mengajak anak mengunjungi objek-objek yang sesuai dengan tema.

5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan dengan cara mempertunjukkan atau memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan, tujuannya agar anak memahami dan dapat melakukannya dengan benar, misalnya, mengupas buah, memotong rumput, menanam bunga, mencampur warna, meniup balon kemudian melepaskannya, mengosok gigi, mencuci tangan dan lain-lain.

6. Metode Sosiodrama atau Bermain Peran
Metode sosiodrama adalah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain peran, yakni anak diminta memainkan peran tertentu dalam suatu permainan peran. Misalnya, bermain menyayangi keluarga, menyayangi binatang dan lain-lain.

7. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak dimana anak member perlakukan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya. Misalnya, balon ditiup, warna dicampur, air dipanaskan, tanaman disirami atau tidak disirami dan lain-lain.

8. Metode Proyek



Metode proyek adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan.

9. Metode PemberianTugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru. Pemberian tugas mempunyai makna penting bagi anak TK, antara lain :
a. Pemberian tugas secara lisan akan memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih persepsi pendengaran mereka. Jadi meningkatkan kemampuan bahasa reseptif.
b. Pemberian tugas melatih anak untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu.
c. Pemberian tugas dapat membangun motivasi anak.

METODE BERCERITA DITAMAN KANAK-KANAK

Nama : SHOHIBUL HIDAYAT
NIM : 090020087
Kelas : D

Metode Bercerita           
Metode Bercerita adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan guru atau orang tua untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng kepada anak, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cerita anak-anak mempunyai sifat dan cirri-ciri khas yang berbeda dengan bacaan orang dewasa (Sarumpaet, 1976:11) dalam Suprihadi makalah Semlok guru TK. Cerita anak-anak sesederhanapun adalah sebuah cipta sastra. Sebagai cipta sastra mencerminkan perasaan, pikiran, wawasan dan pengalaman anak-anak pada masa kini, yang dapat dipahami melalui mata anak-anak (Dermawan, 1994 :89-90) dalam Suprihadi makalah semlok guru TK.

Tujuan dari metode bercerita menurut Winda Gunarti (2008, 5.4) adalah :
a. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak , diantaranya kemampuan menyimak/mendengarkan (listening) dan kemampuan berbicara (speaking) dalam menambah kosakata yang dimiliki anak.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir, dengan bercerita anak diajak untuk memusatkan perhatian dan berfantasi serta berimajinasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik.
c. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam bercerita
d. Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi disekitarnya.
e. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui urutan peristiwa yang disampaikan.
f. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.
Bentuk-bentuk Metode Bercerita yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga.

(a). Bercerita Tanpa Alat Peraga
Kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang bisa diperlihatkan pada anak. Kekuatan dari metode bercerita tanpa alat peaga ini terletak pada kepiawaian guru dalam menuturkan cerita, menghafal seluruh rangkaian isi cerita, mengubah-ubah intonasi maupun karakter suara, Memainkan mimik atau ekspresi wajah serta ketrampilan dalam memainkan gerakan tubuh untuk menggambarkan perilaku suatu tokoh cerita atau gambaran suatu kejadian. Metode ini dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas. Ini akan memperkaya kemampuan anak dalam menyimak/mendengarkan cerita dari guru yang disampaikan.

(b.) Bercerita Dengan Alat Peraga
Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung untuk memperjelas penyampaian cerita. Alat peraga atau media tersebut digunakan untuk menarik perhatian dan mempertahankan fokus perhatian anak dalam jangka waktu tertentu. Alat peraga atau media yang digunakan hendaknya aman bagi anak, menarik serta sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Bercerita dengan alat peraga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu bercerita dengan alat peraga langsung dan bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung. Bercerita dengan alat peraga langsung dapat kita gunakan dengan cara menghadirkan alat peraga yang sesuai dengan cerita yang kita sampaikan, misalnya kita memberikan cerita “Kisah seekor Sapi dan Kambing Tua”, maka yang kita lakukan ialah menggunakan sapi dan kambing secara nyata kepada anak. Bisa dengan menghadirkan sapi dan kambing ke sekolah atau membawa anak ke tempat sapi dan kambing berada.
Bercerita dengan alat peraga tidak langsung yaitu kita menggunakan media yang mewakili dari apa yang kita sampaikan misalnya boneka sapi dan kambing atau gambar sapi dan kambing.

Ciri khas cerita yang baik bagi anak-anak manurut Shirley & Rebecaa (2002) adalah :
- Jalan cerita yang mudah diikuti;
- Kata dan ucapan yang berulang;
- Kisah yang dapat ditebak dan kumulatif;
- Berisi sekumpulan kegiatan;
- Lucu;
- Berisi kejadian yang manarik minat orang;
- Akhir yang baik dengan kesimpulan yang sesuai;
- Berisi pesan atau moral yang jelas.

Apresiasi sastra bagi siswa dapat mengembangkan nlai personel dan nilai pendidikan (Huck,dkk,1987) dalam Suprihadi Makalah Semlok guru TK tahun 2002.
Nilai personal bagi anak yaitu :
1. Memberi kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan,
2. Mengembangkan daya imajinasi anak-anak,
3. Merefleksikan penghayatan diri,
4. Mengembangkan wawasan tentang perilaku manusia,
5. Menyajikan pengalaman secara universal,
6. Mengembangkan cara berpikir/ cara pandang.

Nilai pendidikan bagi anak sastra dapat mengembangkan (1) kemampuan berbahasa, (2) pengetahuan atau kognisi, (3) mengembangkan rasa social, (4) mewariskan budaya sastra kepada generasi muda.

Kamis, 16 Juni 2011

NEW ARTIKEL KURIKULUM

SHOHIBUL HIDAYAT
NIM. 090020087

KELAS : D

A. Pengertian
Kurikulum mempunyai banyak pengertian sesuai dengan sudut pandang dari para ahli . Kata “kurikulum” berasal dari satu kata bahasa latin yan gberarti “jalur pacu” dan secar tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang (Zais, 1976). Lebih lanjut zais mengemukakan pegertian kurikkulum yaitu : (i) kurikulum sebagai program pelajaran, (ii) kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii) kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv) kurikulum sebagai pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah dan (v) kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan.
Tanner dan Tanner (1980) mengungkapkann konsep-konsep sebagai berikut : (i) kurikulum sebagai pengetahuan yang diorganisasikan, (ii) kurikulum sebagai modus mengajar, (iii) kurikulum sebagai arena pengalaman, (iv) kurikulum sebagai pengalaman, (v) kurikulum sebagai pengalaman terbimbing, (vi) kurikulum sebagai kehidupan terbimbing, (vii) kurikulum sebagai suatu rencana pembelajaran, (viii) kurikulum sebagai system produksi secara teknologis dan (ix) kurikulum sebagai tujuan.


B. Ruang Lingkup
Dari beberapa pengertian diatas dapat di bahas konsep-konsep kurikulum yang terdiri dari :
1. Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah.
Kurikulum merupakan syarat mutlak dalam pendidikan formal. Kurikulum merupakan jalan yang berisi sejumlah mata pelajaran/bidang studi dan isi pelajaran yan gharus dilalui untuk meraih ijazah.

2. Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran .
Schubert (1986) mengemukakan bahwa penyebutan kurikulum adalah PMP, bahasa Indonesia dan yang lain sama halnya dengan menyamakan kurikulum dengan mata pelajaran (Sumantri, 1988) Lebih jauh orang sering mneyebut bahwa isi dari pelajaran tertentu dalam program dikatakan sebgai kurikulum (Zais, 1976).

3. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran.
Winecoff (1988) secara jelas mendefinisikan kurikulum sebagai suatu rencana yang dikembangkan untuk mendukung prosess mengajar/belajar didalam arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau universitas dan para stafnya. Alexander dan Saylor (1974) mengungkapkan kurikulum sebagai satu rancangan untuk menyediakan seperangkat kesempatan belajar agar mencapai tujuan. Kurikulum sebagai rencana kegiatan pe,mbelajaran mencakup komponen kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam kurikulum yang masih bersifat umum dan luwes untuk dikaji lanjut oleh guru.

4. Kurikulum sebagai hasil belajar.
Popham dan Baker mendefinisikan kurikulum sebagai “all planned learning outcomes for which the school it responsible” (Tanner dan Tanner, 1980). Bahwa semua rencana hasil belajar (learning outcomes) yang merupakan tanggung jawab seklah adalah kurikulum.Tanner memandang kurikulum sebagai rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang secara sistematis dikembangkan dengan bantuan sekolah (atau universitas), agar memungkinkan siswa menambah penguasaan pengetahuan dan pengalamannya. Dengan demikian kurikulum sebagai hasil belajar merupakan serangkaian hasil belajar yang diharapkan.

5. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Kurikulum didefinisikan sebagai semua pengalaman seorang siswa yang diberikan dibawah bimbingan sejkolah. Sedangkan Krug (1956) berdasarkan definisi kurikulum, belajar dapat diperoleh baik didalam sekolah maupun diluar sekolah sepanjang direncanakan atau dibimbing pihak sekolah. Dengan demikian kurikulum sebagai pengalaman belajar mencakup pula tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan siswa dirumah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan model kurikulum yang dikeluarkan oeh pemerintah sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini merupakan tuntutan dari masyarakat yang menghendaki otonomi, desentralisasi, fleksibel dan keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum selama ini terjadi secara sentralistik yang membuat kita selalu dalam ketergantungan terhadap pusat sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak berkembang. Selalu mengharapkan sesuatu dari atas akan membuat kita bersikap santai dan acuh terhadap perkembangan pendidikan hal ini disebabkan karena kurikulum sudah disiapkan, kita pendidik hanya melaksanakannya saja tanpa ada peningkatan kualitas belajar dan pengembangan kurikulum. Adanya KTSP membuat kita lebih berkembang dan berkesempatan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kelebihan daerah masing-masing.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.